Geliat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau UMKM di Kota Santri bisa dikatakan cukup gencar. Sederhananya bisa dilihat disepanjang kanan dan kiri jalan terhampar usaha aneka makanan, minuman, hingga aksesoris dijual dari pagi hingga malam seakan tak ada kata akhirnya.
Seluruhnya berlomba menarik minat pembeli dengan tampilan yang berbeda, sajian menggoda, sampai harga dan paket diskon pun tak ragu diberikan. Belum lagi bagi UMKM yang bergerak dibalik layar atau memilih menggunakan jalur daring. Pastinya kian banyak.
Baznas Kabupaten Jombang menangkap fenomena ini sebagai kesempatan yang baik dalam melejitkan perekonomian mandiri dan masif di masyarakat dengan persaingan yang sangat ketat. Maka melalui Seminar Kewirausahaan: Menjadi Inspairing Interpreneur yang dilaksanakan pada Rabu (14/12) di Islamic Center Jombang dengan menggandeng dua perguruan tinggi swasta di Jombang guna menjalin kerja sama mewujudkan visi serupa yakni STIE PGRI Dewantara Jombang dan Undar Jombang.
Ketua Baznas Kabupaten Jombang saat memberi sambutan.
Ketua Baznas Kabupaten Jombang, Didin A. Sholahudin mengatakan dalam sambutannya peristiwa yang terjadi di akhir tahun 2022 setidaknya sudah dapat menggambarkan bagaimana keadaan ekonomi bangsa ini di 2023 mendatang. Jadi semuanya harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin baik yang menjadi kelebihan atau pun sebaliknya. Disikapi dengan bijaksana dan kematangan dalam melangkah.
“Tiga hal yang harus digaris bawahi yakni adanya bonus demografi, hancurnya start up yang sebelumnya heboh mampu menghasilkan banyak lapangan pekerjaan serta keuntungan, hingga resesi ekonomi. Kalau ketiganya dibiarkan begitu saja, bukan tidak mungkin juga akan menggerus UMKM yang sedang merintis atau berjalan,” ungkap lelaki yang akrab disapa Gus Didin tersebut.
Bonus demografi yang dimiliki Indonesia harus disikapi dengan ketersediaan pendidikan yang baik, partisipasi terbangun secara keseluruhan, dan tentunya mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang sangat luas, imbuh Didin A. Sholahudin. Tengok saja start up yang sebelumnya digaungkan mampu menjawab permasalahan pengangguran terdidik di Indonesia akhirnya juga banyak yang bertumbangan. Baik mulai jasa pengiriman, belanja, transportasi, bahkan penyedia pembelajaran pun dengan terpaksa merumahkan banyak karyawannya.
Peserta menyimak dengan seksama.
Sementara resesi ekonomi merupakan keadaan ekonomi yang memburuk. Hal ini diakibatkan dari dunia perbankan seluruh dunia bersamaan menaikkan suku bunga sebagai respons terhadap inflasi.
Ketua STIE PGRI Jombang, Dr. Abd. Rohim, SE., M.Si. pun menyadari gencarnya arus percepatan teknologi banyak memengaruhi dunia usaha. Jika tak mampu berubah pastinya bakal tergerus dengan sendirinya.
Abd. Rohim menegaskan, “Sudah banyak contohnya, macam bisnis seluler. Siapa yang menampik kejayaan Nokia dan Blackberry? Namun karena tak dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi sekarang ini, akhirnya lenyap perlahan.”
Jadi jangan heran, bila banyak pelaku UMKM yang sekarang ini sudah melesapkan diri dalam kecanggihan teknologi. Selain melakukan usahanya riil di lapangan, juga melalui balik layar telepon pintarnya juga menjalankan usahanya tersebut.
Penandatangan kerja sama Baznas, STIE PGRI, dan Undar Jombang.
Sedangkan Wakil Rektor IV, Bidang Kerja Sama, Undar Jombang, Dr. Agus Raikhani, MW. mengatakan selama ini Undar Jombang juga telah banyak melakukan pendampingan terhadap UMKM baik bersifat kelompok atau mandiri. Diakui Agus Raikhani semua tidak serta merta bisa berhasil, tercapai 60% hingga 80% saja sudah bagus. Sebab banyak aspek yang memengaruhi keberhasilan dan kegagalan UMKM itu sendiri. Baik dari luar pelakunya bahkan dari dalam.
Hal itu pun diakui oleh salah seorang peserta, Sean yang sering dipandang sebelah mata oleh para tetangganya. Karena melihat kesehariannya hanya di rumah saja tanpa melakukan aktivitas kerja lumrahnya yakni berangkat pagi, pulang sore, dan mengenakan seragam. Diungkapkan ketika meteri pertama yang disampaikan Enterpreneur Muslimah Jombang, Shinta Damayanti.
Shinta Damayanti saat menyampaikan materi.
“Mereka menganggap bahwa bekerja mereka yang berseragam selaiknya abdi negara. Padahal saat ini bekerja bisa cukup dari rumah ataupun sampil kongko bersama teman. Terkadang tak habis pikir kenapa mereka bertahan dengan pemikiran seperti itu,” uangkap Sean yang membuka jasa di bidang desain pakaian tersebut.
Menanggapi kejadian itu baik Abd. Rohim maupun Shinta Damayanti memiliki pemikiran serupa yakni tinggalkan saja mereka yang kolot. Dalam mengarungi usaha di samudra milenial harus memiliki pola pikir yang terbuka dan menjawab semua perubahan dengan pembaruan supaya dapat mengimbanginya. Bukannya tetap tegak dan terdiam saja di tempat yang sama.
Sumber: baznasjombang.id
Views: 50